Penulis : Dr Andi Muhamad Iqbal Akbar Asfar, M.T., M.Pd
___________________________________________
Dalam upaya mendorong inovasi di sektor teknologi tepat guna, Tim Riset Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) telah bekerja keras selama dua tahun untuk mengembangkan sebuah alat ekstraktor yang dirancang khusus untuk menghasilkan edible coating atau pelapis alami dari bahan organik. Salah satu bahan utama yang digunakan adalah limbah kulit pisang, yang diketahui mengandung pektin. Pektin ini diolah menjadi bahan dasar pembuatan edible coating yang dapat diaplikasikan pada berbagai jenis buah-buahan. Inovasi ini bukan hanya menjadi solusi dalam mengatasi limbah organik, tetapi juga berkontribusi pada perpanjangan umur simpan produk pertanian, khususnya buah pisang, yang memiliki sifat klimakterik.
Program ini merupakan bagian dari skema Penelitian Produk Vokasi, yang didanai oleh DAPTV melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di bawah naungan Ditjen Vokasi. Pendanaan tersebut memberikan dukungan penuh pada pengembangan teknologi tepat guna yang dapat langsung diterapkan oleh pelaku industri, terutama di bidang pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Edible coating dari kulit pisang ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi para petani dalam memperpanjang umur simpan (shelf life) buah pisang mereka, sekaligus memperluas jangkauan distribusi ke berbagai daerah, termasuk ke kota-kota besar di Sulawesi Selatan.
Penerapan Teknologi di Lapangan
Pektin yang diekstrak dari limbah kulit pisang ini digunakan sebagai pelapis buah, dengan fokus utama pada buah pisang. Pisang dikenal sebagai buah yang mudah rusak setelah masa panen karena sifat klimakteriknya, sehingga memerlukan penanganan yang hati-hati agar tidak cepat membusuk. Melalui penerapan edible coating berbasis pektin ini, umur simpan buah pisang dapat diperpanjang, memberikan keuntungan bagi para petani dan pelaku usaha kecil di sektor pertanian. Di Desa Maggenrang, salah satu mitra riset PNUP yang beroperasi di UD Ashari, teknologi ini sudah mulai diujicobakan dengan hasil yang cukup menjanjikan. Alat ekstraktor yang dikembangkan oleh Tim Riset PNUP telah diimplementasikan dalam proses produksi pektin sebagai bahan dasar dalam pembuatan edible coating.
Namun, tantangan dalam distribusi masih menjadi masalah utama bagi mitra riset. Buah pisang yang diproduksi di Desa Maggenrang memiliki potensi besar untuk dipasarkan hingga ke luar kota, tetapi keterbatasan umur simpan menjadi penghalang utama. Dengan adanya edible coating ini, buah pisang yang dihasilkan diharapkan dapat bertahan lebih lama selama proses distribusi, sehingga meminimalkan kerugian akibat kerusakan buah sebelum sampai ke tangan konsumen. Hal ini juga membuka peluang bagi perluasan pasar yang selama ini belum tereksplorasi oleh para petani lokal.
Langkah Pengembangan Lebih Lanjut: Integrasi Teknologi IoT
Pada tahun kedua riset ini, Tim Riset PNUP, yang diketuai oleh Dr. Andi Muhamad Iqbal Akbar Asfar, M.T., M.Pd., terus mengembangkan alat ekstraktor preservatives tersebut dengan melakukan inovasi lebih lanjut. Pengembangan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan efisiensi alat, tetapi juga mengintegrasikan teknologi Internet of Things (IoT). Dengan adanya IoT, proses kontrol dan monitoring produksi dapat dilakukan dari jarak jauh, sehingga memudahkan mitra dalam mengawasi dan mengatur proses produksi. Hal ini sangat penting untuk menjaga kualitas hasil akhir edible coating, serta memastikan alat ekstraktor bekerja secara optimal.
Menurut Dr. Andi Iqbal, alat-alat yang dibutuhkan untuk integrasi IoT sudah dipersiapkan, dan saat ini tim sedang dalam tahap uji coba untuk menghubungkan alat dengan sistem display monitoring. Tujuan utama dari pengembangan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses produksi, serta meminimalkan risiko kesalahan manusia yang dapat mempengaruhi kualitas produk akhir. Selain itu, dengan adanya teknologi ini, mitra tidak perlu lagi melakukan pengawasan secara manual, yang tentunya akan sangat membantu dalam menghemat waktu dan tenaga.
Dr. Andi Iqbal menjelaskan, “Tahun kedua ini, kami bersama tim akan mengembangkan alat ekstraktor preservatif alami ini dengan mengintegrasikan IoT. Alat-alatnya telah disiapkan dan saat ini masih dalam tahap uji coba untuk menghubungkan dengan display serta maksimalisasi kinerja alat.” Ia juga menambahkan bahwa teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk petani lokal di pasar yang lebih luas.
Dampak Positif bagi Petani Pisang dan Industri Pertanian Lokal
Pengembangan alat ekstraktor ini tidak hanya berdampak pada peningkatan kualitas dan umur simpan buah, tetapi juga berpengaruh langsung pada kesejahteraan petani pisang di wilayah tersebut. Dengan adanya edible coating yang dapat memperpanjang umur simpan buah pisang, para petani dapat menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan hingga ke luar daerah, tanpa khawatir produk mereka rusak sebelum sampai di tujuan. Hal ini sangat penting dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi kerugian yang disebabkan oleh terbatasnya distribusi akibat kerusakan buah.
Selain itu, teknologi ini juga diharapkan dapat memberikan solusi berkelanjutan dalam mengatasi masalah limbah organik. Kulit pisang, yang selama ini dianggap sebagai limbah, kini dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Edible coating berbasis pektin dari kulit pisang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki potensi untuk diaplikasikan pada berbagai jenis buah lainnya, sehingga memperluas jangkauan pemanfaatannya di sektor pertanian.
Masa Depan Pengembangan Teknologi Edible Coating
Melihat potensi besar dari teknologi ini, Tim Riset PNUP tidak berhenti pada pengembangan alat ekstraktor semata. Mereka juga merencanakan pengembangan lebih lanjut, termasuk aplikasi edible coating pada berbagai jenis buah selain pisang. Dengan melakukan riset yang lebih mendalam, diharapkan teknologi ini dapat diterapkan secara luas di berbagai sektor pertanian dan menjadi solusi dalam meningkatkan daya tahan produk pertanian Indonesia di pasar global.
Dukungan dari pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan inovasi ini. Kolaborasi yang erat di antara berbagai pihak diharapkan dapat mempercepat proses pengembangan dan penerapan teknologi edible coating berbasis limbah kulit pisang ini. Selain memberikan dampak positif bagi petani dan pelaku usaha kecil, teknologi ini juga berpotensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui peningkatan nilai tambah produk pertanian.
Dengan demikian, riset dan pengembangan yang dilakukan oleh Tim Riset PNUP ini menjadi langkah nyata dalam mewujudkan visi pengembangan teknologi tepat guna di Indonesia, sekaligus memberikan kontribusi penting dalam pencapaian keberlanjutan lingkungan melalui pemanfaatan limbah organik. (*)