Oleh:
H. Andi Promal Pawi, S.T., M.Si., Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bone.
Haedar Akib, Professor Ilmu Administrasi Publik Universitas Negeri Makassar.
Memasuki era New Normal Local Economy (NENOLE) pasca era Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), perhatian sejumlah negara terhadap pariwisata sebagai leading sector pembangunan multi-dimensional semakin jelas. Sektor pariwisata diakui memberikan dampak positif, manfaat, dan keuntungan bagi negara atau daerah yang mengembangkan.
United Nation World Tourism Organization (UNWTO) melalui Tourism Highlight menyajikan data bahwa pariwisata merupakan sektor unggulan dan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan wilayah di sejumlah negara yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara konsisten.
Saat ini, sektor pariwisata mengalami ekspansi, diversifikasi, dan intensifikasi pengelolaan secara berkelanjutan karena menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar dan tercepat pertumbuhannya, sebagaimana informasi dari Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk pariwisata bahwa kontribusi sektor pariwisata terhadap Gross Domestic Product (GDP) dunia sekitar 9 persen, dimana 1 dari 11 pekerjaan diciptakan oleh sektor pariwisata.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap nilai ekspor dunia diperkirakan mencapai USD 1,4 trilliun atau setara dengan 5 persen ekspor yang terjadi di dunia. Perkiraan UNWTO dapat dipahami karena mengharapkan jumlah pergerakan wisatawan internasional yang berkunjung ke destinasi pariwisata dunia akan mencapai jumlah 1,8 milyar orang dan pergerakan wisatawan domestik sebanyak 5-6 milyar orang.
Jika tidak terjadi pandemi COVID-19 maka perkiraan UNWTO dapat dibuktikan karena saat itu merupakan masa pertumbuhan sektor pariwisata yang pesat, meskipun diakui bahwa kedatangan turis internasional tumbuh di bawah tingkat luar biasa yang terlihat pada 2018 (+ 7 persen) dan 2019 (+ 6 persen). Wilayah yang diperkirakan mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan adalah Timur Tengah (+ 8 persen), sedangkan kawasan Asia dan Pasifik termasuk Eropa sama-sama mengalami pertumbuhan sekitar 4 persen.
Realitas menunjukkan bahwa adanya perlambatan ekonomi global tidak begitu berpengaruh terhadap belanja pariwisata yang terus tumbuh, terutama di antara sepuluh negara teratas dunia seperti Prancis dan Amerika Serikat, sekiranya tidak terjadi perang berkepanjangan antara Rusia-Ukrainah dan pendudukan Zionis Israel di tanah Palestina.
Mencermati realitas pariwisata global, nasional, regional dan lokal selama ini jelas bahwa sektor pariwisata merupakan leading sector pembangunan ekonomi bagi negara atau daerah yang menerapkan strategi pemasaran destinasi pariwisata secara terintegrasi dan berkelanjutan.
Demikian pula pada daerah kabupaten-kota di Indonesia yang telah lama melakukan berbagai upaya serius untuk mengembangkan bidang pariwisata sebagai leading sector pembangunan ekonominya, apalagi memasuki era New Normal Local Economy (NENOLE) yang ditandai dengan semakin intensifnya penerapan strategi pemasaran destinasi pariwisata berbasis digital.
Penataan leading sector pembanguman ekonomi merupakan reaktualisasi program 5A kepariwisataan pada era NENOLE karena mengadaptasi unsur Sapta Pesona kepariwisataan ke dalam konteks yang baru. Oleh karena itu, uraian selanjutnya menjabarkan jawaban pertanyaan mengenai apa yang dipahami sebagai reaktualisasi Program Sapta Pesona berbasis program 5A kepariwisataan, mengapa penting dilakukan, bagaimana langkah strategis mereaktualisasikan sebagai snapshot leading sector pembangunan multi-dimensional.
Reaktualisasi program kepariwisataan di era NENOLE merupakan proses mengadaptasi Prgoram 5A dan memperbarui prinsip-prinsip Sapta Pesona yang meliputi aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan untuk menyesuaikan dengan kondisi dan tantangan baru yang ada saat ini, baik sebagai akibat pandemi COVID-19 maupun sebagai wujud perubahan perilaku dan preferensi wisatawan.
Reaktualisasinya mencakup penerapan teknologi, standar kesehatan baru, dan praktik pengelolaan berkelanjutan untuk menciptakan pengalaman wisata yang aman, indah, menarik, dan berkesan.
Kemudian, alasan pentingnya mereaktualisasi program Sapta Pesona karena merupakan prakondisi bagi pengembangan komponen 5A (atraksi, akomodasi, aksesibilitas, amenitas, dan ansilaritas) kepariwisataan. Alasan lainnya adalah untuk kenyamanan, keamanan, kesehatan masyarakat dan wisatawan karena pembelajaran kebijakan dari era Pandemi COVID-19 telah mengubah kesadaran akan pentingnya menjaga diri, kesehatan dan keselamatan hidup, apalagi wisatawan saat ini lebih memerhatikan aspek keamanan dan kesehatan dalam memilih destinasi wisata. Demikian pula adanya perubahan signifikan dalam preferensi wisatawan akibat peningkatan minat terhadap wisata alam, bahari, budaya, kesehatan, dan spiritual sebagai pengalaman yang dipersonalisasi.
Wisatawan saat ini juga cenderung lebih banyak menggunakan teknologi digital dalam merencanakan perjalanan wisata. Demikian pula dukungan ekonomi lokal karena diakui bahwa reaktualisasi Program Sapta Pesona telah mampu meningkatkan perekonomian daerah dengan menarik lebih banyak wisatawan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Selanjutnya dalam rangka sustainabilitas, seiring dengan adanya peningkatan kesadaran akan pentingnya pariwisata berkelanjutan yang tidak hanya menjaga kelestarian alam tetapi juga melibatkan dan mendukung program Community Based Tourism (CBT).
Deskripsi hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis menguatkan asumsi bahwa terdapat lima aspek penting sebagai komponen atau unsur pengembangan destinasi pariwisata dan daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, Indonesia. Lima komponen tersebut adalah atraksi, aksesibilitas, akomodasi, amenitas, dan ansilaritas dengan tingkat kualitas penyediaan yang belum optimal karena hanya cukup sesuai dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan atau pemangku kepentingan yang terkait.
Meskipun demikian terlihat prakondisi bagi pengembangan destinasi pariwisata yang dilakukan secara terintegrasi melalui perwujudan program Sapta Pesona yang meliputi penciptaan keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan.
Salah satu dari beberapa strategi dalam menciptakan daya atraktif bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bone adalah melalui perwujudan atau reaktualisasi unsur Sapta Pesona kepariwisataan. Hasil studi menemukan bahwa penciptaan situasi dan kondisi fisik, sosial-psikologis dan ekologis (lingkungan) di Kabupaten Bone telah mengacu pada penguatan kembali program Sapta Pesona, sebagaimana program lama yang dicanangkan secara nasional guna meningkatkan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Realitas ini didukung oleh pandangan informan bahwa implementasi program Sapta Pesona merupakan upaya menciptakan prakondisi yang memungkinkan wisatawan dan masyarakat berpartisipasi aktif secara langsung dan tidak langsung dalam pengembangan destinasi pariwisata atau DTW.
Demikian pula informan dari organisasi perangkat daerah (OPD) terkait mengemukakan bahwa Program Sapta Pesona merupakan cara meciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan setiap orang, termasuk wisatawan yang memasuki suatu daerah atau kawasan wisata di Kabupaten Bone akan terkesan pada DTW yang dikunjungi. Kesan pengunjung merupakan alasan rasional yang mendasari persepsinya terhadap DTW untuk dibandingkan dengan DTW di daerah lain atau di daerahnya.
Realitas tersebut sesuai pemahaman publik bahwa Sapta Pesona merupakan penjabaran konsep sadar wisata dan wujud peran serta masyarakat sebagai tuan rumah dalam menciptakan lingkungan dan suasana kondusif untuk memotivasi perkembangan rangkaian kegiatan usaha pariwisata melalui perwujudan unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan.
Adapun penjabaran 5A kepriwisataan berbasis reaktualisasi program Sapta Pesona pada DTW di Kabupaten Bone yang boleh jadi orang Bone belum mengetahui atau melupakannya adalah antara lain:
Pantai Tanjung Palette. Pantai ini terkenal dengan pasir putihnya yang halus dan air laut yang jernih. Tanjung Palette memiliki panorama yang indah, terutama saat matahari terbenam sehingga wisatawan dapat menikmati, berenang, snorkeling, dan atau sekadar bersantai menikmati pemandangan laut.
Gua Mampu. Gua alam dengan formasi stalaktit dan stalagmit yang menakjubkan. Gua ini memiliki cerita legenda yang menarik bagi pengunjung untuk eksplorasi gua dan fotografi.
Taman Arung Palakka. Taman yang didedikasikan untuk mengenang Arung Palakka, seorang pahlawan dari Kabupaten Bone yang dikenal karena peranannya dalam sejarah Sulawesi Selatan. Layanan DTW ini meliputi wisata sejarah dan edukasi, bersantai di area taman, dan menikmati pemandangan sekitar.
Museum Lapawawoi. Museum yang menyimpan berbagai koleksi artefak dan benda bersejarah dari Kerajaan Bone dimana wisatawan dapat mempelajari sejarah dan budaya Bone dalam konteks wisata edukasi.
Bendungan Salomekko, Air Terjun Ladenring, Permandian (Waetuo, Mata Air Cinnong, dan Mata Air Lanca), dan berbagai DTW di Kabupaten Bone yang semuanya mereprentasikan perlunya reaktualisasi program Sapta Pesona kepariwisataan pada era NENOLE.
Apapun jenis dan bentuk pariwisata yang dikembangkan di Kabupaten Bone dan di daerah lain semuanya bersesuaian dengan program 5A kepariwisataan sebagai reaktualisasi Program Sapta Pesona yang meliputi pengembangan daya tarik wisata pada berbagai jenis, bentuk, sifat, dan keunikannya (wisata alam, budaya, agro, religi, dan buatan atau artifisial).
Oleh karena itu, pengembangan DTW yang difokuskan pada daya tariknya dapat dilakukan melalui strategi augmented, augmented product of tourism, dan atau yang terkini augmented reality.
Pengembangan aksesibilitas berupa kemudahan mencapai daerah tujuan wisata meliputi kenyamanan, keamanan, dan waktu tempuh perjalanan ke dan dari DTW yang dituju.
Perhatian terhadap pengembangan komponen kepariwisata ini merupakan prioritas karena semakin tinggi aksesibilitas DTW maka semakin mudah pula dijangkau. Artinya, akan semakin baik kesan wisatawan yang akhirnya membawa dampak terhadap semakin tingginya minat untuk datang lagi ke DTW tertentu pada kali lain.
Pengembangan amenitas dalam bentuk akomodasi atau fasilitas penunjang pada DTW dilakukan secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan seiring dengan pengawasan berkala oleh aparat OPD yang terkait. Demikian pula ada Standar Operasional Prosedur pengembangan DTW yang sesuai tuntutan dan perkembangan daya saingnya. Selanjutnya, pengembangan ansilaritas berupa fasilitas layanan umum tambahan, misalnya penyediaan weather spot, papan penunjuk arah, pos pelayanan terpadu (PUSTU), fasilitas kesehatan, polisi atau Babinsa pariwisata, dan pemandu wisata. Realitas ini menunjukkan bahwa pada setiap DTW perlu ada sejumlah item fasilitas layanan umum tambahan yang tersedia secara memadai bagi wisatawan.
Terakhir, sebagai pengarah pengembangan komponen kepariwisatan tersebut maka perlu penataan kelembagaan dalam merevitalisasi fungsi aset pariwisata yang ada. Pеmеrintаh (pusat dan daerah) dalam hal ini OPD leading sector mеnjadi sаlаh sаtu elemen stаkеholdеr dаlаm penataan bidаng pariwisata. Pеmеrintаh daerah mеmiliki fungsi strategis sеbаgаi pеmbuаt, pelaksana, pengawal bеrbаgаi kеbijаkаn tentang pаriwisаtа untuk dаеrаhnya dan bеrpеrаn dаlаm memacu pеningkаtаn dеvisа serta pеndаpаtаn аsli dаеrаh (PAD) dari sektor pаriwisаtа.
Peran institutusional ini dapat tеrwujud karena pеmangku kеpеntingаn berkolaborasi dalam menerapkan pendekatan manajemen pengetahuan dan strategi bauran pemasaran modern berbasis digital dalam pengеmbаngаn DTW di wilayah kerjanya secara terencana, sistemik dan berkelanjutan. Semoga!