Tradisi Massawa Hidupkan Suasana Desa Mattirowalie Pasca Panen

oleh -572 x dibaca

BENGO, TRIBUNBONEONLINE.COM– Warga Desa Mattirowalie, Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone, kembali menggelar tradisi massawa sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Kegiatan adat turun-temurun ini berlangsung meriah di Dusun Balubu dan Kubba, bahkan sempat membuat akses jalan desa padat lantaran banyaknya tamu yang datang berkunjung pada malam harinya.

Tradisi massawa sendiri merupakan kegiatan memasak dan menyantap sawa, sejenis makanan dari beras ketan putih dan hitam yang dibalut dengan daun kelapa yang diolah secara massal olah warga di rumah masing – masing dan digelar tiap bulan Oktober. Warga mulai menyiapkan bahan sejak hari Rabu, dan sawa baru bisa disantap pada malam Jumat, bertepatan dengan digelarnya acara makkacapi dan mappadendang yang menambah semarak malam desa.

BACA JUGA:  Pemerintah Desa Kajaolaliddong Laksanakan Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa

Rosma, salah seorang warga Desa Mattirowalie, menuturkan bahwa pembuatan sawa dilakukan oleh hampir seluruh keluarga di dusun.

“Kami buat sawa selama tiga hari, baru bisa dimakan malam Jumat. Dalam satu dusun ada sekitar 200 KK, dan rata-rata tiap rumah mengolah 30 sampai 70 liter beras ketan, tergantung berapa banyak tamu yang diundang,” jelas Rosma.

Ia menambahkan, suasana desa berubah seperti hari raya pada siang harinya. Tamu datang silih berganti ke rumah warga untuk menikmati hidangan sawa yang dipadukan dengan berbagai lauk khas, mulai dari ayam hingga bebek.

BACA JUGA:  KKN IAIN Posko Raja Gelar Festival Anak Sholeh

“Warga sangat senang menerima tamu, apalagi kalau ada keluarga dan unsur pemerintah yang berkunjung. Biasanya tamu pulang juga dibawakan bungkusan sawa untuk keluarga di rumah,” tambahnya dengan senyum, saat ditanyai Ju’mat (10/10/2025).

Tradisi massawa bukan hanya menjadi simbol rasa syukur atas rezeki panen, tetapi juga mempererat silaturahmi antarwarga. Suasana malam yang dihiasi dentuman mappadendang dan tawa riang menjadi pengingat bahwa gotong royong dan kebersamaan tetap menjadi nadi kehidupan di desa.

Penulis : Affandy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.