Melacak Jejak Bahasa dalam Ritual Mappalili, Pelestarian Tradisi Agraris Bugis Lewat Lensa Linguistik

oleh -261 x dibaca

WATAMPONE, TRIBUNBONEONLINE COM–Universitas Muhammadiyah (UNIM) Bone kembali membuktikan kualitas akademiknya di level nasional dengan keberhasilan salah satu tim mahasiswanya dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) 2025. Tim ini berhasil meraih pendanaan melalui riset bertajuk “Etnolingual Mappalili: Analisis Lanskap Linguistik dalam Pelestarian Tradisi Agraris Bugis.”

Riset ini digagas sebagai respons terhadap kegelisahan akan mulai memudarnya praktik budaya lokal di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang kian deras. Tradisi Mappalili, yang merupakan upacara adat tahunan masyarakat Bugis dalam menyambut musim tanam, menjadi fokus kajian utama. Tradisi ini tak sekadar seremoni spiritual, namun juga mengandung kekayaan bahasa, simbol, dan praktik agraris yang diwariskan lintas generasi.

BACA JUGA:  MIN 8 Bone Laksanakan Praktek Keagamaan Kelas VI Bekal Iman Menuju Jenjang Lanjut

Melalui pendekatan etnolingual dan analisis lanskap linguistik, tim peneliti berhasil mengidentifikasi dan mendokumentasikan elemen-elemen kebahasaan seperti mantra, kosakata ritual, simbol-simbol visual adat, hingga tata letak semiotik di ruang-ruang publik desa yang selama ini hanya diwariskan secara lisan. Dengan riset ini, seluruh elemen itu tidak hanya diarsipkan dalam bentuk akademik, tetapi juga diberi makna baru yang relevan dengan kebutuhan pelestarian budaya berbasis data dan metode ilmiah.

Dari rilis diterima dalam waktu dekat ini, Ketua tim Karmila  peneliti menyampaikan bahwa tujuan utama riset ini adalah, mengangkat kembali nilai-nilai lokal yang hidup dalam masyarakat agraris Bugis dan menjadikannya sebagai pijakan dalam memperkuat identitas budaya di era digital. Kami percaya bahwa pelestarian tradisi harus didorong oleh riset yang kuat dan pendekatan interdisipliner.

BACA JUGA:  Murid SD Inpres 12/79 Cellu I Sarapan Telur Ayam Kampung, Dukung Gizi Sejak Dini

Apresiasi terhadap ini disampaikan oleh dosen pendamping, Dr. Muh. Safar, S.Pd., M.Pd., menyatakan kebanggaannya terhadap keberhasilan tim. “Riset ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya tak cukup dengan niat baik. Harus ada kerja ilmiah yang sistematis dan mendalam. Mereka membuktikan bahwa riset sosial humaniora juga bisa menyumbangkan solusi konkret terhadap krisis identitas budaya yang sedang terjadi,” ujarnya.

Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan penuh Tim Episentrum Universitas Muhammadiyah Bone, yang selama ini menjadi pusat penguatan kapasitas riset dan pendampingan proposal PKM. Melalui bimbingan intensif, pelatihan metodologi, dan fasilitasi kolaborasi lintas bidang, Episentrum menjadi tulang punggung kesuksesan banyak tim, termasuk tim Etnolingual Mappalili.

BACA JUGA:  Danramil Ponre Serahkan Buku di Wali Bhabinkamtibmas

Lebih dari sekadar pencapaian administratif, riset ini menegaskan bahwa mahasiswa UNIM Bone tak hanya mampu berkompetisi, tetapi juga mampu melahirkan riset yang relevan, berdampak sosial, dan berakar pada identitas lokal.

Semoga keberhasilan ini menjadi pemantik semangat bagi generasi muda untuk terus meneliti, berkarya, dan menjaga warisan budaya bangsa bukan sekadar untuk dikenang, tapi untuk diwariskan secara bermakna dan ilmiah. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.