WATAMPONE, TRIBUNBONEONLINE.COM–Pisang merupakan salah satu tanaman holtikultura yang memiliki tingkat produksi yang tinggi. Jika selama ini yang dimanfaatkan hanya buah pisang atau daunnya saja, sering kali meninggalkan limbah yang tidak terolah dengan baik, mulai dari batang, pelepah, bahkan kulit pisang itu sendiri. Namun ditangan dosen Universitas Muhammadiyah (UNIM) Bone, limbah dari pengolahan pisang tersebut diubah menjadi sesuatu yang bernilai guna dengan konsep zero waste. Melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemdikbud Ristekdikti, tiga dosen UNIM Bone membuat perubahan besar terhadap salah satu daerah penghasil pisang di Kabupaten Bone.
Tim dosen yang diketuai oleh Dr. A. M. Irfan Taufan Asfar, M.T., M.Pd dari Prodi Pendidikan Matematika bekerja sama dengan Dr. Romi Adiansyah, M.Pd dari Prodi Pendidikan Biologi dan Ahmad Zailan, MP., dari Prodi Agroteknologi membuat berbagai jenis olahan pisang, mulai dari batang, pelepah, bonggol hingga kulit buah pisang.
Tim PKM melaksanakan programnya di Desa Maggenrang, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone yang merupakan salah satu daerah penghasil pisang dengan luas wilayah 7,71 km2 dari luas Kecamatan Kahu (189,50 km2). Jumlah produksi pisang tahun 2021 sebesar 9.951 kuintal dan Desa Maggenrang termasuk klasifikasi Desa Swakarya.
Selama ini, masyarakat di Desa Maggenrang hanya menjual buah pisang secara tradisonal tanpa dilakukan pengolahan, sementara batang, pelepah, dan daunnya dibuang begitu saja disekitar lahan yang sering menghambat pertumbuhan tanaman pisang lainnya.
“Selama ini kami hanya menjual pisang per sisir dengan harga Rp15.000, dimana setiap satu pohon pisang maksimal dapat menghasilkan 4-5 sisir. Untuk pohon dan daunnya sendiri setelah ditebang kami simpan begitu saja di sekitar lahan, menumpuk hingga kering kemudian dibakar” ujar salah satu mitra PKM.
“Nilai produksi pisang mengalami peningkatan tiap tahunnya, sementara permintaan akan pisang semakin menurun dipasaran. Hal ini dikarenakan petani pisang hanya menjual pisang tanpa melakukan inovasi yang dapat menambah nilai jual pisang itu sendiri. Oleh karena itu, saya merasa perlu adanya inovasi baru, yaitu dengan mengolah pisang menjadi produk oleh-oleh khas Bone dengan konsep zero waste,” tutur Dr. A. M. Irfan Taufan Asfar, M.T., M.Pd selaku ketua tim PKM, Sabtu, 12/8/2023.
Konsep zero waste yang dimaksud dalam hal ini adalah dengan memanfaatkan semua bagian dari pengolahan pisang menjadi produk yang bernilai guna tanpa meninggalkan limbah. Bentuk aksi nyata dari dosen UNIM Bone ini terlihat dari inovasi yang diberikan, yaitu mengolah buah pisang menjadi keripik dan tepung pisang untuk menambah nilai jual.
Selain itu, melalui kegiatan PKM juga dilakukan penyuluhan dan pelatihan kepada mitra dalam mengolah limbah batang dan kulit pisang menjadi keripik sebagai bentuk produk sekunder. Batang pisang yang tidak terolah secara menyeluruh menjadi keripik batang pisang diolah kembali menjadi cairan multifungsi, yaitu ecoenzyme sebagai pupuk organik cair dan sabun cuci cair multifungsi.
PKM yang dilakukan dosen UNIM Bone sangat disambut hangat oleh masyarakat terutama mitra di Desa Maggenrang. Mitra pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan sangat antusias mengikuti setiap tahapan dan aktif berpartisipasi guna menyukseskan PKM yang dilaksanakan. Harapan kedepannya adalah Desa Maggenrang dapat menjadi sentra pengolahan pisang berupa oleh-oleh khas Bone berbahan dasar pisang. (Ril/Irfan)