BENGO, TRIBUNBONEONLINE.COM– Harga gabah yang kian menguat belakangan ini membawa perubahan nyata khususnya bagi orang tua murid di Kecamatan Bengo, Kabupaten Bone. Bagi masyarakat yang mayoritas menggantungkan hidup dari sektor pertanian, terutama padi, kenaikan ini bukan sekadar angka, melainkan napas baru dalam roda ekonomi rumah tangga.
Kepala SDN 146 Bengo, Hj. Rosmiati, S.Pd, menilai kebijakan pemerintah pusat yang berorientasi pada keberpihakan kepada petani mulai menunjukkan hasil positif.
“Kenaikan gabah otomatis meningkatkan daya beli orang tua murid. Dengan begitu, kebutuhan dasar anak-anak sekolah seperti seragam, alat tulis, hingga biaya penunjang pendidikan lebih mudah terpenuhi,” jelasnya, Sabtu (27/9/2025).
Menurut, Hj. Rosmiati, S.Pd, dampak kenaikan harga gabah juga terasa lebih jauh. Orang tua kini tidak hanya memikirkan kebutuhan harian, tetapi mulai berani merencanakan masa depan pendidikan anak. Minat melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, termasuk perguruan tinggi, semakin terbuka karena adanya sokongan ekonomi keluarga dengan kenaikan harga gabah yang cukup signifikan.
“Sekarang tinggal dari anak-anak itu sendiri, apakah mau melanjutkan pendidikan dengan berbagai pilihan yang ada. Ekonomi keluarga petani jauh lebih siap dibanding tahun-tahun sebelumnya,” tegasnya.
Ia menambahkan, kenaikan harga gabah bukan hanya sekadar berkah jangka pendek, tetapi juga menjadi bukti bahwa kebijakan di sektor pertanian memiliki dampak langsung pada kualitas sumber daya manusia.
“Jika ekonomi petani terjaga, maka anak-anak mereka punya peluang lebih besar untuk meraih cita-cita. Pendidikan itu investasi, dan pemerintah sudah mulai memberi pondasi dengan kebijakan populis di bidang pertanian,” tambah Rosmiati.
Kebijakan populis Presiden Prabowo yang mendorong penguatan sektor pertanian dinilai menjadi salah satu pemicu. Program stabilisasi harga gabah dan keberpihakan terhadap petani memberi jaminan bahwa jerih payah mereka dihargai secara layak. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan keluarga, tetapi juga menumbuhkan efek domino pada bidang pendidikan.
Hj. Rosmiati,S.Pd, berharap kebijakan serupa dapat diterapkan tidak hanya pada padi, tetapi juga komoditas pertanian lain. Sebab, ketika ekonomi petani stabil, maka rantai keberlanjutan pendidikan anak di pedesaan juga semakin terjamin.
“Jika seluruh sektor pertanian kuat, maka pendidikan anak-anak di desa akan semakin maju. Mereka bisa bersaing dengan anak-anak di kota dan lebih terbuka peluang untuk mengembangkan potensi dalam diri,” tuturnya.
Kenaikan harga gabah pun pada akhirnya tidak sekadar dipandang sebagai keuntungan sesaat bagi petani. Lebih dari itu, ia menjadi fondasi bagi investasi jangka panjang untuk pendidikan anak bangsa. (Aff)







