Kurikulum Cinta, Wujud Nyata Cinta Anregurutta Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA sebagai Gurunya Guru

oleh -1,831 x dibaca
Dr. Muhammad Asriady

Oleh: Dr. Muhammad Asriady, S.Hd.,M.Th.I. 

Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ikhlas Ujung Bone

 

Sosok Anregurutta’ Prof. Nasaruddin Umar kembali menjadi sorotan publik dan akademik. Tidak hanya karena posisinya sebagai Menteri Agama, tetapi lebih jauh sebagai Anregurutta (seorang ulama dan guru bangsa) yang mewariskan gagasan besar bagi masa depan pendidikan agama. Salah satu warisan pentingnya adalah “Kurikulum Cinta”, sebuah konsep yang menekankan pendidikan berbasis kasih sayang, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan.

Anregurutta menuturkan bahwa pendidikan agama seharusnya menjadi jalan menuju harmoni, bukan eksklusivitas sempit. “Kalau kurikulum hanya menanamkan fanatisme pada agama sendiri, seolah-olah agama lain adalah musuh, itu tidak boleh terjadi,” tegasnya.

BACA JUGA:  DEMO PBB-P2: ISLAM AJARKAN PAJAK UNTUK MASLAHAH, BUKAN MEMBEBANI

Dengan pendekatan moderat dan inklusif, Prof. KH. Nasaruddin Umar berhasil mengangkat citra pendidikan agama Indonesia di mata publik. Dalam berbagai survei nasional, mulai dari Litbang Kompas, LSI, Celios, Indikator Politik Indonesia (IPI), RODA Institute hingga CISA, dirinya konsisten dinilai sebagai menteri terbaik dalam 100 hari pertama pemerintahan.

Kurikulum Cinta, Membawa Pesan Damai dari Gurunya Guru

Kurikulum Cinta yang digagas Prof. KH. Nasaruddin lahir dari keprihatinan akan pendidikan agama yang kadang terjebak pada penguatan sekat. Baginya, cinta adalah fondasi utama kehidupan berbangsa dan beragama.

BACA JUGA:  Menembus Batas: Tantangan dan Hambatan Jurusan ATPH SMKN 5 Bone dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0"

“Kurikulum Cinta menekankan kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan. Nilai-nilai ini harus menjadi bagian utama dalam pendidikan formal, keluarga, hingga pesantren,” jelasnya.

Ia menegaskan, sejak dini anak-anak perlu diajarkan agama dengan pendekatan cinta, bukan kebencian. “Kita tidak perlu menyatukan agama, tetapi yang penting adalah mengajarkan kebenaran agama masing-masing tanpa menanamkan kebencian kepada yang berbeda,” ujarnya.

Apresiasi dari Publik dan Akademisi

Konsep besar ini mendapat sambutan luas. Pengamat kebijakan publik Ade Hidayat menyebut Prof. Nasaruddin sebagai pemimpin yang mampu memperkuat harmoni bangsa. Rektor UIN Sumatera Utara, Prof. Dr. Nurhayati, bahkan menegaskan bahwa gagasan Kurikulum Cinta adalah angin segar dalam dunia pendidikan agama. “Beliau bukan sekadar menteri, tapi teladan nasional dalam memperkuat moderasi beragama,” ucapnya.

BACA JUGA:  RADIOAKTIF CIKANDE, LUKA BERULANG DARI NEGERI YANG TAK BELAJAR

Sekjen Kemenag, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, menambahkan bahwa pencapaian ini memotivasi seluruh jajaran Kemenag untuk terus berinovasi dan menghadirkan program nyata bagi umat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.