Oleh: Dr. Muhammad Asriady, S.Hd.,M.Th.I.
Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ikhlas Ujung Bone
Sosok Anregurutta’ Prof. Nasaruddin Umar kembali menjadi sorotan publik dan akademik. Tidak hanya karena posisinya sebagai Menteri Agama, tetapi lebih jauh sebagai Anregurutta (seorang ulama dan guru bangsa) yang mewariskan gagasan besar bagi masa depan pendidikan agama. Salah satu warisan pentingnya adalah “Kurikulum Cinta”, sebuah konsep yang menekankan pendidikan berbasis kasih sayang, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan.
Anregurutta menuturkan bahwa pendidikan agama seharusnya menjadi jalan menuju harmoni, bukan eksklusivitas sempit. “Kalau kurikulum hanya menanamkan fanatisme pada agama sendiri, seolah-olah agama lain adalah musuh, itu tidak boleh terjadi,” tegasnya.
Dengan pendekatan moderat dan inklusif, Prof. KH. Nasaruddin Umar berhasil mengangkat citra pendidikan agama Indonesia di mata publik. Dalam berbagai survei nasional, mulai dari Litbang Kompas, LSI, Celios, Indikator Politik Indonesia (IPI), RODA Institute hingga CISA, dirinya konsisten dinilai sebagai menteri terbaik dalam 100 hari pertama pemerintahan.
Kurikulum Cinta, Membawa Pesan Damai dari Gurunya Guru
Kurikulum Cinta yang digagas Prof. KH. Nasaruddin lahir dari keprihatinan akan pendidikan agama yang kadang terjebak pada penguatan sekat. Baginya, cinta adalah fondasi utama kehidupan berbangsa dan beragama.
“Kurikulum Cinta menekankan kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan. Nilai-nilai ini harus menjadi bagian utama dalam pendidikan formal, keluarga, hingga pesantren,” jelasnya.
Ia menegaskan, sejak dini anak-anak perlu diajarkan agama dengan pendekatan cinta, bukan kebencian. “Kita tidak perlu menyatukan agama, tetapi yang penting adalah mengajarkan kebenaran agama masing-masing tanpa menanamkan kebencian kepada yang berbeda,” ujarnya.
Apresiasi dari Publik dan Akademisi
Konsep besar ini mendapat sambutan luas. Pengamat kebijakan publik Ade Hidayat menyebut Prof. Nasaruddin sebagai pemimpin yang mampu memperkuat harmoni bangsa. Rektor UIN Sumatera Utara, Prof. Dr. Nurhayati, bahkan menegaskan bahwa gagasan Kurikulum Cinta adalah angin segar dalam dunia pendidikan agama. “Beliau bukan sekadar menteri, tapi teladan nasional dalam memperkuat moderasi beragama,” ucapnya.
Sekjen Kemenag, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, menambahkan bahwa pencapaian ini memotivasi seluruh jajaran Kemenag untuk terus berinovasi dan menghadirkan program nyata bagi umat.






