Mispersepsi

oleh -5,942 x dibaca

Penulis Ir. Andi Muhammad Jufri, UH, M, Si, Staf Ahli Wamen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Dalam satu group WA Alumni, salah satu anggota mengirimkan gambar papan petunjuk arah kota di jalan Tol Merak-Jakarta. Papan Hijau itu bertuliskan :

Cilegon

Serang

Jakarta

Note di WA teman kami itu menuliskan kalimat ” masih diselidiki kenapa Cilegon marah sama Jakarta ? Sampai mau diserang …..Mungkin anda tau ???

Saya spontan menjawab WA teman digroup : “Mispersepsi aja sih…..”

Teman lain menjawab “Kemungkinan karena mereka berangkat dari Merak ke [arah] Jkt. Coba dari Jkt ke Merak, maka Jkt Serang Cilegon…”

Teman lain juga menimpali :”Intinya kedua belah pihak belum berdamai. Butuh kehadiran …. untuk menjembatani.

Sejak tulisan ini dibuat, komentar balasan masih terus berlangsung. Namun, pesan candaan diatas menarik dan mengungkit betapa sebuah kata dan kalimat baik yang tertulis maupun terucap, dan bahkan menjadi simbol dan tingkah dapat menyebabkan Mispersepsi.

BACA JUGA:  PARA GURU BESAR WIJA TO BONE TURUN GUNUNG: DORONG BUPATI BONE UNTUK TRANSFORMASI KABUPATEN BONE DI TUDANG SIPATANGNGARENG

Suatu saat di acara diskusi group dengan kelompok pelajar SMP di Jakarta. Kami menanyakan apa yang menjadi penyebab awal mula anda atau teman-teman pelajar anda tawuran ? Salah satu jawaban mereka, “teman kami tersinggung karena salah satu pelajar dari sekolah lain menaikkan tangan dengan kelingking ke atas dan jempol ke bawah. Kami persepsikan mereka menghina sekolah Kami”.

Pada saat wawancara Tokoh Masyarakat di suatu daerah beberapa tahun lalu, saya juga menanyakan bagaimana awalnya Konflik terjadi ? Mereka menjawab” Ada dua orang yang berteman, beda agama, kemudian menikmati minuman yang mengakibatkan mabuk dan berkelahi. Salah satunya melaporkan kepada kelompoknya bahwa dirinya dipukuli oleh kelompok itu” . Akibat kekeliruan inj, menjadi pemicu konflik bernuangsa agama dan etnis.

Berapa banyak gesekan, ketidakharmonisan, yang mencuat menjadi peristiwa kekerasan, baik di level rumah tangga, sampai level lingkungan (seperti tawuran pelajar, tawuran antar kampung, tawuran jalanan, sampai konflik antar daerah, dan bahkan nasional dan internasional), yang diawali dari Mispersepsi.

BACA JUGA:  HMI Restoratif: Menerapkan Prinsip-Prinsip Rekonsiliasi Untuk Memperkuat Kader dan Organisasi

 

Dilevel Nasional bagaimana pro kontra terjadi, dalam menyikapi berbagai kebijakan nasional. Terbaru, Indonesia gelap vs Indonesia terang. Dilevel Internasional, Israel vs Iran, Rusia vs Ukraina, dan terbaru negeri tetangga Thailand vs Kamboja.

 

Memang ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi terjadinya mispersepsi (kekeliruan interpretasi dan pemahaman individu atau kelompok terhadap informasi, situasi, atau obyek yang diterima melalui indera). Antara lain : Pengalaman hidup, Konteks, Kondisi Emosi, Budaya, Pengetahuan, dan Informasi dan Data yang tidak akurat.

 

Berkaca dengan hal tersebut diatas, seyogyanya kita semua, diri saya, sahabat semua, mari menata setiap ucapan dan tingkah, dengan olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah indera. Kearifan dan kebijakan perlu terus diasah, sehingga pola komunikasi dan interaksi sesama dapat semakin efektif. Tentu saja, empathy harus dikedepankan dengan menempatkan diri berposisi sebagai lawan bicara kita. Gaya bicara yang sederhana dan bersahabat perlu dikembangkan. Terus menjaga dan kendalikan emosi dan kepercayaan kepada saudara kita.

BACA JUGA:  MEREFLEKSIKAN MAKNA HIJRAH: SINERGITAS ISLAM, BUDAYA BUGIS DAN PENDIDIKAN TINGGI

 

Hal penting lainnya adalah terus evaluasi diri dan Tim agar pola komunikasi dapat terus lebih efektif dan penuh ketulusan.

 

Kunci agar Mispersepsi bisa dikurangi sejak dini, anak-anak kita perlu dibekali berbagai kecerdasan yaitu : Kecerdasan Intelektual (Olah Pikir), Kecerdasan Spritual (Olah Hati), Kecerdasan Kinestetis (Olah Raga), dan Kecerdasan Sosial dan Emosional (Olah Rasa).

 

Anak dan generasi hebat lahir dari pendidikan yang mencerdaskan dengan empat aspek kecerdasan diatas. Pondasi individu ini akan memudahkan mengamalkan dan mengimplementasikan Pilar kebangsaan kita : Pancasila, UUD 1945. Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Dengan demikian Indonesia akan menjadi Indonesia yang harmoni dan penuh kedamaian.

Mispersepsi ada tapi menjadi dapat dikelola dan dinamis dan bahkan menjadi sarana Dialog yang merekatkan bangsa ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.