WATAMPONE, TRIBUNBONEONLINE.COM–Stadion Lapatau Bone kembali menjadi saksi awal perjalanan para calon pengibar kehormatan Sang Saka Merah Putih. Dengan semangat nasionalisme yang membara, seleksi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Bone resmi dibuka oleh Bupati Bone, H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos., MM Rabu, 30 April 2025.
Bertempat di jantung semangat pemuda Bone, Stadion Lapatau, para siswa-siswi terbaik dari berbagai sekolah menengah atas memulai langkah besar mereka untuk menjadi bagian dari tradisi sakral Indonesia mengibarkan bendera pusaka pada peringatan Hari Kemerdekaan RI.
Kegiatan seleksi ini merupakan kolaborasi antara Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bone dengan Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Bone. Untuk memastikan proses seleksi berlangsung profesional dan berintegritas, pelatih yang terlibat berasal dari unsur TNI, Polri, dan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Bone.
Plt. Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Bone, A. Irmayani Syamsul, S.STP., M.Si, menjelaskan bahwa seleksi ini dilaksanakan berdasarkan amanah Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2022 tentang Program Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, yang diperkuat dengan Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2022.
“Seleksi ini bukan hanya tentang kemampuan fisik, tetapi juga pembentukan karakter. Kami mencari mereka yang siap secara fisik, mental, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat,” jelas Irmayani.
Lebih dari sekadar ajang pemilihan, seleksi Paskibraka merupakan proses pembinaan generasi muda yang akan menjadi duta Pancasila dan kebangsaan. Para peserta tidak hanya diuji kekuatan fisik dan kemampuan baris-berbaris, tetapi juga nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, komunikasi, serta kemampuan bekerja dalam tim.
Di era sekarang, seleksi Paskibraka dilakukan dengan standar yang lebih profesional dan terstruktur. Keterlibatan berbagai pihak menjadi jaminan atas transparansi dan keadilan pelaksanaan. Harapannya, dari proses seleksi ini akan lahir siswa-siswi terbaik yang tidak hanya akan mewakili Kabupaten Bone di tingkat provinsi, tetapi juga membawa harum nama daerah di kancah nasional.
Semangat mereka yang ikut seleksi hari ini adalah semangat yang sama yang telah menyatukan bangsa selama hampir delapan dekade kemerdekaan: semangat untuk mengabdi, menjunjung tinggi bendera Merah Putih, dan menjaga warisan para pendiri bangsa.
Sementara itu, Bupati Bone, H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos., MM, yang menyampaikan pesan mendalam penuh makna kepada generasi muda.
Dalam sambutannya, Bupati menegaskan bahwa Paskibraka bukan sekadar barisan pengibar bendera pada peringatan HUT Kemerdekaan RI, tetapi juga simbol kebanggaan bangsa dan representasi karakter pemuda Indonesia yang tangguh, disiplin, serta cinta tanah air.
“Selama ini, Paskibraka telah menjadi simbol kebanggaan bangsa Indonesia. Mereka adalah teladan dalam disiplin, semangat juang, dan rasa cinta tanah air,” ujar Bupati Andi Asman dalam suasana yang penuh khidmat.
Menurutnya, seleksi Paskibraka bukanlah ajang biasa. Ia menyebutnya sebagai proses penting dalam membentuk karakter generasi muda agar tumbuh sebagai pribadi berkarakter kuat, sehat secara fisik, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang mumpuni.
Tahun ini, sebanyak 225 siswa dari berbagai sekolah di seluruh penjuru Kabupaten Bone mengikuti seleksi. Tes yang dilaksanakan meliputi kesehatan, parade, Peraturan Baris-Berbaris (PBB), samapta (uji kebugaran fisik), serta tes kepribadian. Setiap tahap dirancang bukan hanya untuk mengukur kemampuan teknis dan fisik, tetapi juga untuk menilai kedalaman karakter dan semangat nasionalisme para peserta.
“Tes kesehatan sangat penting, karena hanya dengan tubuh yang sehat, tugas mulia ini bisa dilaksanakan dengan maksimal,” ucap Bupati.
Ia juga menekankan bahwa parade dan PBB menjadi tolok ukur kedisiplinan peserta, sementara samapta menguji ketahanan fisik mereka. Tes kepribadian pun tak kalah penting, karena anggota Paskibraka dituntut untuk cerdas secara emosi dan memiliki rasa tanggung jawab tinggi.
Bupati Andi Asman juga mengingatkan bahwa jika peserta tidak lolos di tahap awal seperti tes kesehatan atau parade, mereka tidak bisa melanjutkan ke tahap berikutnya. Ini menjadi bentuk komitmen terhadap kualitas seleksi yang ketat dan objektif.
Dalam pidatonya, Bupati menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh peserta yang telah menunjukkan niat dan semangat luar biasa. Ia menegaskan bahwa hasil akhir bukanlah satu-satunya hal penting dalam seleksi ini.
“Yang terpenting adalah bagaimana kalian mempersiapkan diri, menghadapi tantangan, dan bekerja sama dalam tim. Ini adalah proses pembentukan karakter,” tegasnya.
Tak lupa, ia juga menyampaikan apresiasi kepada orang tua peserta yang terus memberi dukungan dan doa kepada anak-anak mereka. Menurutnya, peran keluarga sangat besar dalam membentuk semangat juang dan karakter generasi muda.
Bupati berharap seluruh peserta menjunjung tinggi nilai kebersamaan, kerja keras, dan semangat nasionalisme selama proses seleksi. Ia menginginkan kegiatan ini menjadi wadah mempererat persatuan di kalangan generasi muda Bone, sekaligus upaya nyata merawat warisan kebangsaan.
Bupati Bone memberikan pesan yang menggugah. Ia menyebut sejumlah peserta seleksi layak diberikan perhatian khusus, khususnya mereka yang telah menorehkan prestasi mengharumkan nama daerah.
“Saya minta kepada panitia, lima orang yang pernah mengangkat nama Kabupaten Bone, baik di bidang olahraga, seni, maupun sains, diberikan perlakuan khusus dalam proses seleksi ini,” ujar Bupati dengan penuh keyakinan.
Dari deretan peserta, muncul nama-nama dari SMAN 1 Bone dan SMAN 3 Bone yang sudah dikenal dalam kejuaraan olahraga tingkat provinsi hingga Indonesia Timur. Sementara dari SMAN 6 Bone Kahu, seorang siswa membanggakan karena pernah membawa pulang prestasi dalam olimpiade sains tingkat nasional.
Tak hanya soal prestasi, seleksi ini juga memotret sisi kemanusiaan. Bupati Asman secara pribadi mengapresiasi keberanian seorang siswa dari SMAN 12 Bone, Nurasia Sakila, yang masuk dalam kategori anak yatim. Ibunya wafat saat ia duduk di taman kanak-kanak, dan ayahnya berpulang ketika ia masih kelas 4 SD. Meski kehilangan kasih sayang orang tua di usia dini, Nurasia tetap tangguh menapaki pendidikan dan bahkan menjadi perwakilan sekolah.
“Saya berikan rekomendasi agar siswa ini menjadi prioritas untuk diloloskan. Ia patut kita apresiasi karena tetap semangat mengukir prestasi meski hidup tanpa orang tua,” ucap Bupati dengan suara lirih yang mengundang haru.
Sementara itu, satu peserta dari Kecamatan Bontocani juga diberikan penghargaan tersendiri karena berhasil melewati tahapan hingga masuk seleksi fisik, meski berasal dari wilayah yang terpencil.
Meski memberikan perhatian khusus, Bupati menegaskan bahwa semua peserta harus diperlakukan adil. “Prinsip kita jelas: seleksi ini harus berjalan sebagaimana mestinya, mengedepankan kemampuan dan integritas,” tegasnya. (Ag)







