CABAI MERAH PICU FLUKTUASI HARGA DI SULSEL 

oleh -1,032 x dibaca
Sumber: BPS dari SPPKP Kemendag, diolah.

SINJAI, TRIBUNBONEONLINE.COM– Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Perkembangan Harga (IPH) Mingguan untuk Sulawesi Selatan periode Januari hingga April 2025, yang diolah dari Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok, Kementerian Perdagangan. Data menunjukkan fluktuasi harga yang signifikan, terutama dipengaruhi cabai merah.

Kabupaten dengan IPH tertinggi menunjukkan tren kenaikan harga yang tajam di awal tahun, puncaknya pada pekan ketiga Januari dengan IPH 4,70. Setelah menurun, harga kembali melonjak signifikan pada pekan pertama Maret (7,14) sebelum akhirnya menurun hingga penghabisan April (1,20). Fluktuasi tinggi ini dikarenakan ketersediaan dan permintaan komoditas cabai merah yang labil.

BACA JUGA:  Terlibat Dalam Pembentangan Bendera di Tangkulara, Ini Kata Danyon Ichsan

Kabupaten yang memiliki IPH tertinggi pada awal Januari dialami Takalar, sedangkan di akhir April 2025 oleh Luwu Utara.

Sementara Kabupaten IPH terendah menunjukkan tren penurunan harga yang dalam di awal tahun, hingga titik ekstrim pada pekan kedua Februari (-4,72). Meski sempat naik moderat di awal Maret, harga kembali menurun signifikan sampai akhir periode laporan (-2,48).

Penurunan harga yang berkelanjutan ini mengindikasi adanya potensi surplus pasokan atau penurunan permintaan untuk komoditas tertentu di wilayah ini.

Kabupaten yang memiliki IPH tertendah pada awal Januari 2025 diraih Luwu Utara, kemudian Toraja Utara di akhir April.

BACA JUGA:  Rutan Sinjai dan UMSi Perkuat Lerjasama di Bidang Pendidikan

Sementara itu di Kabupaten Sinjai sendiri, pola harga cenderung lebih stabil dibandingkan wilayah lainnya.

Kepala BPS Sinjai, Syamsuddin mengatakan, IPH di Kabupaten Sinjai relatif datar hingga pertengahan Maret, setelah kenaikan moderat di awal Januari (1,33) pada pekan kelima Januari.

“Namun, naik cukup signifikan pada pekan kedua April, yakni 1,81 persen, sebelum kembali menurun di pekan-pekan berikutnya, yakni 1,03 dan 1,20 persen,” ucap Syamsuddin.

Menurut Syamsuddin, perbedaan gerakan IPH antarwilayah menunjukkan dinamika pasar yang unik di setiap daerah.

Lonjakan harga signifikan di Kabupaten IPH tertinggi pada periode tertentu mengindikasi adanya potensi gangguan pasokan atau peningkatan permintaan yang tiba-tiba, kemungkinan besar dipicu fluktuasi harga cabai merah yang sangat labil. Sementara tren penurunan harga yang konsisten di Kabupaten IPH terendah memerlukan kajian lebih mendalam untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, seperti panen raya komoditas tertentu atau perubahan pola konsumsi. (LSee/BPSinjai)

BACA JUGA:  Bimbingan Teknis Pelatihan Pembuatan Briket di Kabupaten Bone Berakhir Sukses dengan Hasil Memuaskan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.