BONE, TRIBUNBONEONLINE.COM– Semangat kebersamaan dan kegembiraan tampak mengalir deras di Lapangan Merdeka Watampone, Minggu pagi, 23 November 2025. Ribuan guru dari berbagai pelosok Kabupaten Bone berkumpul dalam satu momen penuh energi Jalan Santai HUT ke-80 PGRI dan peringatan Hari Guru Nasional 2025.
Di bawah komando Muhammad Rusdi, S.Pd., M.Pd., Plt. Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Kabupaten Bone sekaligus Ketua PGRI Bone, kegiatan ini menjelma menjadi pesta kebersamaan insan pendidikan terbesar di daerah tersebut. Sejak pukul 06.00 Wita, Lapangan Merdeka memutih dipadati peserta yang datang dari 27 kecamatan, mulai dari pengurus ranting, pengurus cabang, hingga para guru dari berbagai satuan pendidikan.
Start jalan santai berlangsung semarak ketika Pj. Sekda Bone, H. A. Saharuddin, S.STP., M.Si, mewakili Bupati Bone, berdiri di garis awal bersama Ketua PGRI Bone, Muhammad Rusdi. Dengan kibasan bendera, ribuan guru pun melangkah penuh antusias menyusuri rute yang telah disiapkan panitia.
Sorakan, tawa, dan semangat para peserta menjadi penanda bahwa kegiatan ini bukan sekadar olahraga pagi, tetapi juga wujud keguyuban keluarga besar PGRI Kabupaten Bone.
Yang membuat kegiatan tahun ini lebih istimewa adalah hadirnya sejumlah tokoh pendidikan dan para purna bakti. Mereka datang bukan sekadar memenuhi undangan, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar PGRI yang tetap solid meski tak lagi aktif di lingkup birokrasi pendidikan.
Tampak hadir mantan Kadis Pendidikan sekaligus mantan Ketua PGRI Bone, Drs. Taswin Arifin, yang memimpin di era Bupati HAM Idris Galigo. Hadir pula Hj. Andi Syamsiar Halid, S.Sos., MM, mantan Kadis Pendidikan era Bupati H. Andi Fahsar M. Padjalangi. Kehadiran keduanya menjadi pusat perhatian para peserta, membawa nuansa nostalgia tentang perjalanan panjang dunia pendidikan Bone.
Tidak ketinggalan para purna bakti lainnya: mantan Sekretaris Disdik Muhammad Syukur, serta para pensiunan insan pendidikan seperti Siti Kasadia, Andi Tenri Angka, Suradi, dan sejumlah mantan kepala sekolah yang secara khusus datang untuk bersilaturahmi dengan rekan-rekan sejawat.
Momen ini menghadirkan kehangatan tersendiri—para guru aktif dan purna bakti berbaur dalam suasana penuh hormat dan kekeluargaan, seakan menegaskan bahwa PGRI bukan hanya organisasi profesi, melainkan rumah besar bagi para pejuang pendidikan.
Jalan santai HUT PGRI ke-80 dan HGN 2025 di Bone bukan sekadar ajang rekreasi. Ini adalah ruang pertemuan lintas generasi, tempat guru muda berjalan berdampingan dengan para sesepuh pendidikan. Seperti yang sering digaungkan PGRI, “Guru bersatu, melaju untuk Indonesia Maju” dan momen ini menjadi visual nyata dari semboyan tersebut.
Di tengah kesibukan tugas dan tanggung jawab profesi, kegiatan semacam ini menjadi oase yang menyegarkan, sekaligus mengingatkan bahwa kekuatan pendidikan berakar dari kebersamaan, saling dukung, dan penghargaan terhadap jasa para pendahulu.
Ketua PGRI Kabupaten Bone, Muhammad Rusdi, S.Pd., M.Pd, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan semata agenda seremonial, melainkan momen penting untuk menyambung kembali napas perjuangan para pendahulu.
“Kita tidak bisa lepas dari perjuangan para pendahulu kita. Melalui momentum ini, kita bukan hanya melibatkan para guru dan pengurus ranting dan cabang, melainkan juga menghadirkan para purna bakti,” ujarnya.
Keterlibatan para purnabakti menjadi penanda bahwa PGRI Bone tidak pernah melupakan sejarah. Di tangan merekalah pendidikan di Bone berdiri dan berkembang. Karena itu, kata Rusdi, seluruh rangkaian kegiatan kali ini dirancang sebagai ruang besar untuk mempererat silaturahmi dan membangun kebersamaan seluruh pejuang pendidikan lintas generasi.
“Kita ingin semangat kebersamaan terus terbangun,” tegasnya.
Dalam suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, Rusdi menegaskan kembali bahwa PGRI bukan sekadar organisasi profesi. Lebih dari itu, PGRI adalah wadah perjuangan, tempat seluruh guru menyatukan suara dan kekuatan untuk memperjuangkan hak-haknya.

Ia menyoroti berbagai persoalan yang masih dihadapi oleh guru di Kabupaten Bone maupun di Indonesia pada umumnya. Mulai dari status guru honorer yang belum sepenuhnya terselesaikan, hingga penempatan guru yang tidak selalu diimbangi dengan ketersediaan jam mengajar yang memadai.
“Tidak sedikit kendala yang dialami oleh para guru, mulai dari guru honorer agar bisa segera diangkat sebagai PPPK Paruh Waktu, termasuk penempatan guru yang tidak dibarengi jam mengajar memadai sehingga berdampak pada kesejahteraan mereka,” jelasnya.
PGRI Kabupaten Bone, tambah Rusdi, akan terus mengawal dan memperjuangkan seluruh hak guru agar mendapatkan kepastian dan kesejahteraan yang layak. Sebab, peran guru di sekolah bukan hanya sebagai pemberi materi pembelajaran, tetapi juga pembentuk karakter generasi muda.
“Peran guru sangat besar. Guru bukan hanya mengajar, tetapi membentuk anak didik kita agar menjadi generasi berkarakter dan sukses untuk bangsa dan negara,” tutupnya.
Perayaan HUT PGRI dan HGN 2025 di Bone hadir sebagai momentum refleksi sekaligus afirmasi: bahwa pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa dedikasi guru dan nilai luhur yang diwariskan para sesepuhnya. Melalui kebersamaan dan semangat kolektif inilah PGRI Bone terus menjaga api perjuangan, memastikan bahwa setiap guru mendapatkan tempat terhormat dalam pembangunan bangsa.
Semangat itu mengalir dari wajah-wajah guru yang hadir yang masih aktif bertugas hingga yang telah purnabakti sebagai satu keluarga besar yang terus bergerak, berjuang, dan menginspirasi. (Ag)









