Menyambut Idul Kurban: Menyelami Makrifat, Hakikat, Tarekat, dan Syariat dalam Ibadah Kurban

oleh -7,836 x dibaca

Oleh: Muhammad Asriady

Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ikhlas Ujung Bone

——————————————-

IDUL Adha adalah salah satu momentum paling agung dalam kalender Islam. Ia bukan sekadar hari raya dengan ritual penyembelihan hewan kurban, tetapi sebuah jalan spiritual menuju kedekatan hakiki dengan Allah Swt. Dalam tradisi tasawuf dan pemikiran Islam, ibadah kurban dapat dimaknai melalui empat lapisan keagamaan: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.

Makna dan Definisi Kurban

Secara bahasa, kurban berasal dari kata qaruba–yaqrabu–qurbanan, yang berarti ‘dekat’. Kurban dalam Islam adalah ibadah menyembelih hewan ternak pada hari-hari tasyrik dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Namun dalam dimensi spiritual, kurban adalah tanda kepatuhan total, pengorbanan ego (sifat binatang) dan hawa nafsu, serta wujud ketaatan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Hakikat Berkurban

Hakikat kurban sejatinya tidak berhenti pada prosesi menyembelih binatang seperti unta, sapi, atau kambing, melainkan pada penyembelihan sifat-sifat hewani yang bersemayam dalam diri manusia. Ibadah kurban adalah simbol pengorbanan yang paling dalam, yaitu pengorbanan diri, ego, dan hawa nafsu. Seperti dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali, manusia tidak hanya memiliki jasad, tetapi juga membawa dalam dirinya kecenderungan sifat-sifat binatang yang harus dikendalikan dan bahkan ‘disembelih’.

BACA JUGA:  Pertumbuhan Ekonomi Islam di Bumi Pertiwi: Ke Mana Arahnya Saat Ini?

Imam Al-Ghazali menguraikan bahwa dalam jiwa manusia terdapat tiga kecenderungan destruktif yang menyerupai karakter binatang. Amarah seperti singa, yang mewakili sifat pemarah, angkuh, ingin menguasai, dan menindas. Manusia yang dikuasai amarah akan merasa superior, meremehkan yang lain, dan enggan tunduk pada kebenaran.

Syahwat seperti babi, melambangkan kerakusan, birahi yang tak terkendali, dan cinta dunia yang membutakan. Nafsu syahwat menjadikan manusia hamba kenikmatan dan kesenangan sesaat, menjauhkan dari kebeningan ruhani.

Tipu daya seperti srigala, mencerminkan kelicikan, manipulasi, dan pengkhianatan. Sifat ini membuat manusia pandai menipu demi kepentingan pribadi, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan duniawi.

Sifat-sifat ini, menurut Al-Ghazali, adalah penyakit hati yang menjadi penghalang utama antara manusia dan Tuhannya. Oleh karena itu, hakikat kurban adalah menyembelih bukan hanya hewan di hadapan manusia, tetapi juga menyembelih sifat-sifat buruk itu di hadapan Allah dengan kesadaran, tobat, dan perjuangan jiwa.

Inilah makna terdalam dari firman Allah dalam surah Al-Hajj ayat 37:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ

Terjemahnya:

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kalian. (QS. Al-Hajj: 37)

BACA JUGA:  QURBAN SEBAGAI PILAR EKONOMI SOSIAL: MENEBAR MANFAAT, MERAWAT SOLIDARITAS

Allah tidak butuh simbol lahiriah dari darah dan daging hewan kurban. Yang diminta oleh Allah adalah ketakwaan yang tersembunyi dalam hati, ketulusan niat, kesungguhan dalam mendekat kepada-Nya, dan keikhlasan dalam meninggalkan segala bentuk ‘penyembahan’ terhadap diri sendiri dan dunia.

Oleh sebab itu, hakikat berkurban yang sejati adalah ketika seseorang berhasil menyembelih sifat amarah dengan sabar, menyembelih syahwat dengan zuhud dan iffah, serta menyembelih tipu daya dengan kejujuran dan amanah. Maka dari proses inilah, lahir sifat-sifat mulia, rahmah (kasih) rahim (sayang), ikhlas (kemurnian niat), dan takwa (kesadaran akan Allah) yang menjadikan manusia layak disebut hamba Allah yang memenangkan Allah Swt, bukan memenangkan hawa, nafsu, dunia setan.

Tarekat itu Jalan Simbolik menuju Allah Dalam pendekatan tarekat (jalan spiritual), hewan-hewan kurban memiliki makna simbolik yang mewakili jenis-jenis nafsu yang harus ditundukkan. Unta melambangkan kesombongan dan ego besar. Menyembelih unta berarti meruntuhkan keakuan, ana, yang menjadi hijab antara hamba dan Tuhannya.

Sapi melambangkan kerakusan terhadap dunia. Menyembelih sapi berarti membunuh cinta berlebihan pada materi. Kambing melambangkan syahwat dan keinginan rendah. Menyembelih kambing berarti menyucikan diri dari dorongan syahwat yang menjerumuskan.

Bagi seorang salik (penempuh jalan Allah), berkurban bukan hanya ritual, tetapi tindakan simbolik dan konkrit untuk mematikan nafsu demi menghidupkan jiwa.

BACA JUGA:  BAHASA INDONESIA DALAM SPEKTRUM GLOBALISASI DAN REVOLUSI INDUSTRI 5.0

Syariat Kurban Bukan Sekadar Tontonan, Tapi Tuntunan

Dalam dimensi syariat, kurban dilakukan dengan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW. Niat yang ikhlas, menyembelih pada waktunya, menyebut nama Allah, dan memperlakukan hewan dengan penuh kasih dan sayang.

Namun sering kali, ibadah kurban berubah menjadi tontonan sosial ajang pamer kekayaan, foto-foto, atau sekadar formalitas. Padahal, syariat adalah jalan menuju kedalaman, bukan tujuan akhir. Bila hanya berhenti pada aspek luar, kita yang berkurban akan kehilangan makna sejatinya.

Syariat adalah penting, karena dari situlah kita memulai. Namun, ia harus mengantar kepada penghayatan ruhani, bukan berhenti pada gerakan fisik.

Mari menyatukan empat dimensi ibadah kurban sebagaimana Syariat itu menyembelih hewan kurban sesuai hukum. Tarekat itu menapaki jalan spiritual dengan makna simbolik menuju Allah. Hakikat itu menyembelih hawa nafsu dan sifat tercela dalam diri. Makrifat itu merasakan kehadiran Allah dalam setiap pengorbanan, hingga mencapai kedekatan sejati dengan-Nya.

Maka, mari kita sambut Idul Adha bukan hanya dengan menyembelih hewan, tapi juga dengan menyembelih ego dan nafsu kita. Semoga kurban yang kita lakukan menjadi jembatan menuju ketakwaan dan makrifatullah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.