SINJAI, TRIBUNBONEONLINE.COM– Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bukan bintang di Sulawesi Selatan menurun signifikan pada Maret 2025, menyentuh angka 13,54 persen, merosot tajam 4,47 poin dibanding Februari 2025 yang tercatat 18,01 persen. TPK turun sebesar 3,69 poin jika dibandingkan dengan Maret tahun 2024.
Data tersebut disampaikan langsung Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Aryanto dalam siaran resmi yang ditayangkan melalui saluran YouTube BPS, Jumat (2/5/2025) yang diikuti seluruh perwakilan BPS kabupaten dan kota se-Sulsel.
“Penurunan ini mencerminkan lesunya industri perhotelan kelas ekonomi yang menjadi penopang pariwisata dan mobilitas lokal,” kata Aryanto.
Menurut mantan Kepala BPS Kabupaten Lampung Selatan itu, semua kelas hotel non bintang mengalami penurunan okupansi. Penurunan paling tajam terjadi pada kelas 4 (kapasitas di atas 40 kamar), yakni 7,24 poin dibandingkan bulan sebelumnya, serta kelas 3 (kapasitas 25 – 40 kamar) yang mengalami penurunan tahunan 4,35 poin.
Ironisnya, kelas 1 yang mewakili unit terkecil dengan potensi dukungan lokal terbatas, justru menurun relatif sedikit, hanya -2,79 poin secara tahunan. Ini bisa menjadi indikator turunnya penghunian bukan hanya karena daya beli masyarakat, tetapi juga lemahnya strategi promosi dan kebijakan pemerintah terhadap sektor akomodasi mikro.
Penurunan TPK yang terus terjadi dari tahun ke tahun menandakan upaya pemulihan sektor jasa akomodasi pasca-pandemi tidak berjalan sesuai harapan. Pemerintah daerah perlu memiliki agenda konkret untuk menggerakkan kembali roda ekonomi dari sektor ini, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah di perhotelan.
Dalam pemaparannya, Ariyanto menegaskan data ini bersifat sementara, namun ia mengharap pemerintah daerah untuk menjadikannya bahan evaluasi dalam perumusan kebijakan pemulihan ekonomi lokal. (LSee)