Melawan Degradasi Politik Transaksional, Ajief Padindang Bangun Kesadaran Politik Melalui Budaya

oleh -530 x dibaca

BONE, TRIBUNBONEONLINE.COM–Sebuah momen bersejarah terjadi di rumah baruga Macoppe Tellue, Jl Sungai Asahan, Kelurahan Manurunge, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone Selasa, 16 April 2024. Sekolah Bugis Lamellong, yang berada di bawah pembinaan Yayasan Dr. Ajiep Padindang, SE., MM, seorang anggota DPD RI, melaksanakan Lokakarya Guru Penggerak Budaya Bugis.

Kepala Sekolah Bugis Lamellong Bone, Darmawati Paruki, SPd, dengan penuh kebanggaan menyampaikan apresiasinya atas kehadiran Sekolah Bugis Lamellong di Bone. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa keberadaan sekolah ini telah menciptakan kekaguman di tingkat provinsi. “Jika kami berada di provinsi dipandang luar biasa, banyak kabupaten lain iri dengan Bone karena memiliki sekolah bugis seperti Parepare, enrengkang banyak yang ingin belajar atas terbentuknya Sekolah Bugis Lamellong di Bone,” ujarnya dengan antusias.

Meskipun gerakan sekolah Bugis Lamellong belum mencapai puncaknya di daerah tersebut, Darmawati Paruki mengungkapkan bahwa semangat untuk terus berkembang tetap menyala. “Meski di daerah gerakan sekolah Bugis Lamellong tidak terlalu maksimal namun ada perasaan semangat jika kita berada di level provinsi,” tambahnya dengan penuh semangat.

BACA JUGA:  Zaenal Takdir Bersama Konstituennya, Siap Menangkan Beramal dan Andalan Hati

Tak hanya itu, para guru yang pernah menjadi siswa di Sekolah Bugis Lamellong juga memiliki harapan besar akan adanya program jenjang S2. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah ini tidak hanya berperan sebagai tempat pembelajaran, tetapi juga sebagai tempat yang mendorong pertumbuhan pribadi dan profesionalisme.

Lokakarya Guru Penggerak Budaya Bugis ini menjadi momentum penting dalam memperkuat dan memperluas pengaruh sekolah ini dalam melestarikan budaya Bugis. Dengan dukungan yang terus-menerus, Sekolah Bugis Lamellong di Bone akan terus menjadi pusat keunggulan pendidikan budaya di wilayahnya.

Dr. Ajief Padindang, SE, MM, yang juga merupakan anggota DPD RI, kembali mengemukakan keprihatinannya terhadap degradasi budaya politik yang terus terjadi di Kabupaten Bone dan Indonesia pada umumnya. Ia menjelaskan bahwa gerakan budaya ‘Uddani Bali Uddani’ menjadi salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

“Saya kembali di sini tak lepas dari gerakan budaya ‘Uddani Bali Uddani’,” ungkapnya. “Memang saya sudah mau berhenti dalam dunia politik praktis. Memang kontrak sosial saya bangun di DPD. Saya minta di depan Ka’bah untuk menjadi anggota DPD dua periode saja, makanya saya mencoba bertarung di dapil 1 namun tidak berhasil.”

BACA JUGA:  Buah Pemilu 2024, 45 Anggota DPRD Bone Resmi Dilantik

Dr. Ajief menjelaskan bahwa pilihannya untuk bertarung di dapil 1 bukan semata-mata karena tradisi politik, tetapi juga sebagai upaya untuk memberikan ruang bagi orang-orang Bone yang ingin berkarir di dunia politik. Namun, ia menyoroti bahwa budaya politik telah mengalami degradasi yang serius.

“Telah terjadi degradasi budaya politik yang amat dahsyat,” tegasnya. “Sebenarnya ini sudah terasa di 2019 dan 2024 terasa puncaknya. Makanya saya mendorong Sekolah Bugis Lamellong Bone membuat sebuah kajian dan tulisan mengenal Budaya Politik, Politik Budaya.”

Menurut Dr. Ajief, politik di tahun 2024 semakin cenderung menjadi transaksional, tanpa memperhatikan ketokohan atau prestasi seseorang. Hal ini, menurutnya, bisa berujung pada terjadinya budaya ‘Sianre Bale Tauwe’. Namun, ia optimis bahwa gerakan budaya Bugis bisa menjadi solusi atas permasalahan tersebut.

“Untuk merubah itu, yang menjadi tekad kami adalah kehadiran gerakan budaya Bugis,” katanya. “Saya akan mengajak kita bersama untuk melakukan kajian budaya Bugis yang bagaimana kita inginkan menjadi Bone Emas 2045.”

BACA JUGA:  AFJ Mulai Tunjukkan Keseriusannya Maju Pilkada Bone

Dr. Ajief juga menekankan pentingnya membangun budaya lokal sejak dini, terutama melalui pendidikan anak-anak. Ia mengungkapkan bahwa saat ini telah terjadi perubahan budaya yang signifikan, termasuk adopsi budaya asing yang mengancam kearifan lokal.

“Kita sekarang pada budaya zaman, bagi kita umur 55 ke atas jangan harap lagi bisa menjadi penggerak budaya, pemimpin berbudaya,” ungkapnya. “Saat ini telah terjadi perubahan budaya yang sangat luar biasa, apakah ini akan menjadi perubahan budaya baru.”

Sekolah Bugis Lamellong Bone dipuji atas upayanya dalam melestarikan budaya Bugis. Melalui program guru penggerak dan sekolah penggerak, Ia berupaya mencanangkan modul ‘guru penggerak budaya Bugis’ untuk memastikan bahwa budaya lokal tetap berkembang di daerah tersebut.

“Kita berharap hasilnya dapat dirasakan oleh anak-anak kita,” tutup Dr. Ajief. “Kita mau lahirkan pemimpin berbudaya, sehingga di Pilkada nanti yang terpilih betul-betul memiliki kapasitas bukan karena memiliki bongkahan emas,” tandasnya. (Agustapa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

No More Posts Available.

No more pages to load.