LIBURENG, TRIBUNBONEONLINE.COM–Akibat terputus jembatan gantung saat diterjang banjir besar, 6 tahun lalu, tepatnya di tahun 2019, menyebabkan kesulitan warga didua desa untuk menyeberang dengan lancar.
Warga kini hanya mengandalkan perahu rakit yang terbuat dari bambu untuk digunakan menyeberang kedesa sebelah. Itupun perahu rakit terbatas hanya dua saja yang standby dipinggir sungai.
Menurut Fauziah warga desa Mattideceng Kecamatan Libureng, kepada mintcream-quail-753864.hostingersite.com, Ahad, 19 Januari 2025, menyampaikan sejak jembatan gantung terputus akibat terjangan banjir beberapa tahun lalu. Kami dan warga dari dua desa yakni Mappesangka, Kec. Ponre dan Mattiro Deceng (Libureng) sepertinya agak kesulitan untuk menyeberang karena ketiadaan jembatan.

Warga desa sebelah dengan swadaya sendiri membuat perahu rakit dari bambu, (picara,red) untuk memperlancar ketika nyeberang. Nyeberangnya kata Fauziah, itu pun pada saat airnya sedang surut, kalau air naik atau turun hujan kami tidak berani.
Kalaupun mau menuju desa sebelah harus memutar jalan dengan menempuh perjalanan cukup jauh, jaraknya sekitar kurang lebih 20 km.
“Kami berharap kepada bupati terpilih bisa kembali bangun jembatan permanen yang kuat dan kokoh, agar aktivitas kami kembali lancar,”harapnya.
Penulis: Amry Amas