BONE, TRIBUNBONEONLINE.COM– Ikatan Paddare Sikola’na Bone (Inpas Bone) kembali menjadikan agenda perkemahan dua bulanan sebagai sarana penguatan kapasitas dan ruang belajar bersama bagi petani muda kakao. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu–Ahad, 29–30 November 2025, di Puncak Lima Jari, Desa Patimpa, Kecamatan Ponre, menghadirkan proses pembelajaran partisipatif yang mempertemukan kader muda dari berbagai kecamatan dalam satu ruang refleksi dan praktik lapangan.
Perkemahan ini dirancang sebagai wadah berbagi pengetahuan, pemetaan tantangan, serta identifikasi kebutuhan teknis yang dihadapi petani di tingkat tapak. Melalui diskusi terstruktur, para peserta memetakan sejumlah persoalan yang kerap dijumpai, seperti kendala pembibitan, pengelolaan kebun di lahan berlereng, serta adaptasi tanaman terhadap perubahan iklim. Model dialog terbuka ini memungkinkan setiap anggota menyampaikan pengalaman dan solusi berdasarkan konteks wilayah masing-masing, sehingga pengetahuan yang terkumpul menjadi lebih relevan dan aplikatif.

Pada agenda kali ini, praktik lapangan dipusatkan di Pembibitan dan Kebun Agroforestry Anak Desa Farm milik Asmarjun di Desa Cina. Lokasi ini menjadi laboratorium lapangan bagi kader muda yang ingin memahami teknik budidaya kakao adaptif, terutama melalui pelatihan penyambungan entres ke batang utama serta pengelolaan agroforestry sebagai sistem yang lebih tahan terhadap tekanan cuaca. Pendekatan ini menjadi bagian penting dari upaya regenerasi petani yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga keterampilan teknis yang dapat diterapkan langsung di kebun masing-masing.
Ketua Inpas Bone, Asgar S.Pd.I., M.Hum, menegaskan bahwa kegiatan semacam ini merupakan investasi jangka panjang dalam membangun kapasitas komunitas.
“Melalui agenda ini, kami ingin memastikan bahwa proses belajar di antara petani muda berlangsung secara setara, partisipatif, dan berbasis pengalaman nyata. Setiap peserta membawa konteks dan tantangan yang berbeda, dan ketika pengetahuan itu dipertukarkan, kapasitas kolektif kita meningkat. Inpas Bone berkomitmen terus mengembangkan ruang-ruang belajar seperti ini agar petani muda mampu merespons dinamika budidaya kakao dengan cara yang lebih inovatif dan berkelanjutan,” ujar Asgar.
Sementara itu, salah satu kader petani muda, Kasriawan, mengaku mendapatkan pengalaman baru dan kepercayaan diri setelah mempraktikkan teknik sambung entres secara langsung.
“Latihan penyambungan entres ke batang utama memberikan saya pemahaman baru tentang bagaimana meningkatkan kualitas tanaman kakao. Pendampingan yang saya terima membuat teknik ini jauh lebih mudah dipahami dan siap saya terapkan di kebun sendiri. Kegiatan seperti ini sangat membantu kami sebagai kader muda untuk membangun kepercayaan diri dan kapasitas teknis,” ungkapnya.
Dengan model kegiatan yang memadukan refleksi, dialog komunitas, dan praktik teknis, Inpas Bone terus memperkuat peran petani muda sebagai aktor strategis dalam keberlanjutan pertanian kakao di Kabupaten Bone. Upaya ini sekaligus menunjukkan bahwa penguatan kapasitas tidak harus selalu formal, tetapi dapat tumbuh organik dari pertemuan komunitas yang saling berbagi, belajar, dan bergerak bersama.
Penulis : Affandy







