BONE, TRIBUNBONEONLINE.COM–Sidak Bupati Bone, H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos., MM., ke ruas jalan Wellullang–Ulo, Kecamatan Amali–Tellu Siattinge, ternyata menghadirkan kisah tak terduga yang penuh haru Selasa, 02 September 2025. Apa yang awalnya hanya agenda pemantauan proyek pengerjaan jalan, berubah menjadi momen yang membuka tabir penderitaan dunia pendidikan di pelosok Bone.
Usai meninjau progres pembangunan, Bupati Bone hendak kembali ke Watampone. Namun, puluhan murid SD Negeri 121 Wellullang tiba-tiba menghadang rombongan Bupati di tengah jalan. Dengan polos mereka berteriak sambil melambaikan tangan, “Pak Bupati, singgahki… Pak Bupati singgahki.”
Tak kuasa menolak panggilan tulus itu, Bupati pun turun dari mobil dan menyapa anak-anak. Awalnya ia menduga hanya diminta berfoto bersama. Namun, ternyata para siswa punya maksud lain: mereka ingin mengajak orang nomor satu di Bone itu melihat langsung sekolahnya yang berada sekitar 300 meter dari jalan.
Setibanya di SDN 121 Wellullang, suasana mendadak hening. Bupati bersama rombongan tertegun menyaksikan kondisi sekolah yang sangat memprihatinkan. Gedung yang berdiri sejak 1962 itu tak pernah tersentuh perbaikan. Dari luar, bangunan tampak seperti kandang ternak.
Atap sekolah mulai runtuh, dinding rapuh, sementara di dalam kelas lantai berdebu tanpa tegel. Potongan kayu atap berjatuhan, kursi dan meja belajar rusak, hingga lemari buku lapuk dimakan usia.
“Miris sekali melihatnya. Seperti ini tempat anak-anak belajar?,” ucapnya.
Sejumlah guru yang menemui Bupati menuturkan, sudah belasan tahun mereka berjuang tanpa tersentuh bantuan rehabilitasi. Bahkan ada guru yang mengaku sudah 15 tahun mengajar di sekolah tersebut, tetapi kondisi bangunan tak pernah berubah.
Karena khawatir keselamatan murid, proses belajar mengajar kerap dipindahkan keluar ruangan. Anak-anak terpaksa belajar di bawah pohon atau di emperan sekolah agar terhindar dari material atap yang berjatuhan.
“Kami hanya bisa berdoa ada perhatian pemerintah. Kami ingin anak-anak belajar di ruang yang layak, bukan di tempat yang membahayakan,” ungkap salah seorang guru dengan mata berkaca-kaca.
Menyaksikan kondisi itu, Bupati Bone hanya terdiam sejenak, seakan tak percaya bahwa di wilayah yang dipimpinnya masih ada sekolah dengan keadaan demikian. Wajahnya tampak murung, matanya menyiratkan rasa prihatin mendalam.
Meski tak banyak kata yang terucap, kehadiran Bupati di sekolah itu menjadi secercah harapan baru. Baik guru maupun siswa berharap momentum ini menjadi awal perbaikan dan perhatian serius bagi dunia pendidikan di pelosok Bone.
Tanpa menunggu lama, Bupati menelpon Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Drs. A. Fajaruddin, MM. Ia mempertanyakan alasan mengapa sekolah tersebut tak pernah tersentuh bantuan rehabilitasi. Dari penjelasan Kadis Pendidikan, terungkap bahwa rencana rehab sempat ada, namun terhenti akibat persoalan lahan. Seorang warga yang tinggal bertetangga dengan sekolah mengklaim tanah itu adalah miliknya, meski pihak sekolah sudah mengantongi sertifikat resmi.
“Kalau sekolah sudah punya alas hak yang kuat, kenapa harus tertunda. Segera selesaikan masalah ini,” tegas Bupati.
Untuk menuntaskan persoalan, ia langsung memerintahkan Sekretaris Camat Amali, Asdi Sutriadi Sadar, S.STP agar segera menggelar rapat koordinasi dengan pemerintah desa, pihak sekolah, dan warga yang bersangkutan. Bupati menegaskan, jika polemik lahan sudah tuntas, Dinas Pendidikan harus menjadikan SDN 121 Wellullang sebagai prioritas utama rehabilitasi.
“Kalau memang tidak ada bantuan DAK dari pusat, kita gunakan APBD kabupaten. Siapkan alokasi Rp700 juta. Kasihan anak-anak kita belajar di kelas yang tidak layak,” ujar Bupati dengan nada penuh empati.
Sementara itu, Kepala SDN 121 Wellullang, A. Alim Bahri, S.Pd, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas perhatian Bupati. “Alhamdulillah, ini menjadi angin segar bagi kami. Saat ini sekolah kami memiliki 58 siswa, 5 guru PPPK, 2 guru honor, dan 2 tenaga honor bujang sekolah. Semoga perhatian ini segera terwujud demi kenyamanan belajar anak-anak kami,” ungkapnya dengan haru.
Kisah ini menjadi bukti nyata kepedulian pemimpin terhadap dunia pendidikan di pelosok Bone. Sebuah keputusan cepat yang diharapkan mampu membuka jalan baru bagi masa depan anak-anak Wellullang. (Ag)